Proses modernisasai seringkali ditandai oleh pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, juga adannya pengagungan terhadap nilai-nilai yang bersifat materi dan meninggalkan unsur-sunsur yang sifatnya spiritual. Kemajuan IPTEK telah banyak membawa perubahan bagi masyarakat, terutama dalam cara berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan, seperti bidang ekonomi, sosial, politik, budaya bahkan agama dan lain-lain.
Jika
manusia tidak mampu mengantisipasi cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan
tersebut, maka akan menimbulkan ketidak-seimbangan antara aspek jasmaniyah dan
aspek ruhaniyah. Ketidak-seimbangan itu dapat dijumpai dalam realitas, di mana
banyak manusia yang sudah hidup dalam lingkup peradaban modern dengan
menggunakan berbagai teknologi, tetapi dalam menempuh kehidupan, terjadi
distorsi-distorsi nilai kemanusiaan, terjadi dehumanisasi yang disebabkan oleh
kapasitas intelektual, mental dan jiwa yang tidak siap untuk mengarungi
samudera peradaban modern.
Kurangnya
kemampuan manusia bermain dalam percaturan peradaban modern yang terus melaju,
menyebabkan sebagaian besar manusia modern terperangkap dalam situasi yang
menurut Rollo May, seorang Psikolog Humanis, disebut sebagai “manusia dalam
kerangkeng”, yaitu suatu istilah untuk menggambarkan derita manusia. Dalam
keadaan yang demikian, manusia seperti ini sudah kehilangan makna, manusia
kosong (the holloq man), sehingga ia tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat
dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkan.
Akibat
yang ditimbulkan dari gaya hidup modern yang lebih mementingkan dunia materi
dan mengabaikan aspek-aspek batini yaitu terjadinya gangguan kejiwaan, seperti
kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku menyimpang, psikosomatis, dan lain
sebagainya. Oleh karenanya, dalam makalah ini akan dibahas sedikit tentang
pentingnya spiritualitas bagi manusia modern.